Pengertian Aktivitas Belajar Peserta Didik Indikator dan Faktor-Faktor

 1.        Pengertian Aktivitas Belajar Peserta Didik

Menurut Arikunto dalam Yuliani (2015:35), aktivitas siswa merupakan keterlibatan peserta didik dalam membentuk sikap, pikiran, perhatian dan aktivitas dalam kegiatan proses pembelajaran guna menunjang keberhasilan proses pembelajaran.

Wina Sanjaya (2007: 130) mengatakan bahwa belajar bukanlah menghafal sejumlah fakta atau informasi. Belajar adalah berbuat; memperoleh pengalaman tertentu sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Karena itu, strategi pembelajaran harus dapat mendorong aktivitas peserta didik. Aktivitas tidak dimaksudkan terbatas pada aktivitas fisik, akan tetapi juga meliputi aktivitas yang bersifat psikis seperti aktivitas mental.

Dalam standar proses pendidikan, pembelajaran didesain untuk membelajarkan peserta didik. Artinya, sistem pembelajaran menempatkan peserta didik sebagai subjek belajar. Dengan kata lain, pembelajaran ditekankan atau berorientasi pada aktivitas peserta didik.

Menurut jurnal (2010: 630) oleh Nurbaity dkk mengatakan bahwa aktivitas belajar siswa sangat tergantung pada rancangan pengalaman belajar yang dibuat guru.belajar menghasilkan perubahan perilaku anak didik yang relatif permanen, berarti guru berperan sebagai pelaku perubahan (Elaine B.Johnson dalam nurbaity, 2007:18). Situasi atau kondisi akan menentukan aktivitas yang dilakukan dalam proses pembelajaran. Aktivitas belajar siswa merupakan seluruh kegiatan belajar siswa yang ditampilkan pada proses pembelajaran baik diminta ataupun dengan inisiatif sendiri dan membantunya melakukan perubahan.

Menurut Wina Sanjaya (2007:133), ada beberapa asumsi perlunya pembelajaran berorientasi pada aktivitas peserta didik. Pertama, asumsi filosofis tentang pendidikan. Pendidikan merupakan usaha sadar mengembangkan manusia menuju kedewasaan, baik kedewasaan intelektual, sosial, maupun kedewasaan moral. Oleh karena itu, proses pendidikan bukan hanya mengembangkan intelektual saja, tetapi mencakup seluruh potensi yang dimiliki anak didik.

Kedua, asumsi tentang peserta didik sebagai subjek pendidikan, yaitu: (a) peserta didik bukanlah manusia dalam ukuran mini, akan tetapi manusia yang sedang dalam tahap perkembangan; (b) setiap manusia mempunyai kemampuan yang berbeda; (c) anak didik pada dasarnya adalah insan yang aktif, kreatif, dan dinamis dalam mengahadapi lingkungannya; (d) anak didik memiliki motivasi untuk memenuhi kebutuhannya. Asumsi tersebut menggambarkan bahwa anak didik bukanlah objek yang harus dijejali dengan informasi, tetapi mereka adalah subjek yang memiliki potensi dan proses pembelajaran seharusnya diarahkan untuk mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki anak didik itu.

Ketiga, asumsi tentang guru adalah: (a) guru bertanggung jawab atas tercapainya hasil belajar peserta didik; (b) guru  memiliki kemampuan profesional dalam mengajar; (c) guru mempunyai kode etik keguruan; (d) guru memiliki peran sebagai sumber belajar, pemimpin (organisator) dalam belajar yang memungkinkan terciptanya kondisi yang baik bagi peserta didik dalam belajar.

Keempat, asumsi yang berkaitan dengan proses pengajaran adalah (a) bahwa proses pengajaran direncanakan dan dilaksanakan sebagai suatu sistem; (b) peristiwa belajar akan terjadi manakala peserta didik berinteraksi dengan lingkungan yang diatur oleh guru; (c) proses pengajaran akan lebih aktif apabila menggunakan metode dan teknik yang tepat dan berdaya guna; (d) pengajaran memberi tekanan kepada proses dan produk secara seimbang; (e) inti proses pengajaran adalah adanya kegiatan belajar peserta didik secara optimal.

Dalam pandangan psikologi modern, belajar bukan hanya sekedar menghafal sejumlah fakta atau informasi, akan tetapi peristiwa mental dan proses pengalaman. Oleh karena itu, setiap peristiwa pembelajaran menuntut keterlibatan intelektual-emosional peserta didik melalui asimilasi dan akomodasi kognitif untuk mengembangkan pengetahuan, tindakan, serta pengalaman langsung dalam rangka membentuk keterampilan (motorik, kognitif, dan sosial) penghayatan serta internalisasi nilai-nilai dalam pembentukan sikap (Raka Joni dalam Wina Sanjaya, 2007:134).

2.        Indikator Aktivitas Belajar Peserta Didik

Menurut Paul D. Dierich dalam Zakiyah Daradjat (2011:138) mengatakan indikator yang menyatakan aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar terdiri dari:

a)        Visual activities, yang termasuk didalamnya misalnya membaca, memperhatikan gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain.

b)        Oral activities, seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, memberikan saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi.

c)        Listening activities, sebagai contoh mendengarkan: uraian, percakapan, diskusi, musik, pidato.

d)        Writing activities, seperti misalnya: menulis cerita, karangan, laporan, angket, menyalin.

e)        Drawing activities, misalnya: menggambar, membuat grafik, peta diagram.

f)         Motor activities, yang termasuk didalamnya antara lain: melakukan percobaan, membuat konstruksi, model mereparasi, bermain, berkebun, beternak.

g)        Mental activities, sebagai contoh misalnya: menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan.

h)        Emotional activities, seperti misalnya: menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup.

 

Belajar bukan hanya sekedar menghafal sejumlah fakta atau informasi, akan tetapi peristiwa mental dan proses pengalaman. Akan tetapi keberhasilan proses pembelajaran terkadang masih hanya dilihat dari sisi kemampuan kognitifnya saja dan mengesampingkan aktivitas belajar peserta didik pada proses pembelajaran itu sendiri

Aktivitas-aktivitas tersebut terkadang diabaikan oleh guru karena hanya fokus pada hasil belajar yang diharapkan. Padahal belajar bukan hanya melibatkan aspek kognitif akan tetapi juga aspek afektif dan psikomotor yang tidak bisa hanya diukur dari hasil belajar. Peserta didik sebagai subjek pendidikan. Oleh karena itu, proses pendidikan bukan hanya mengembangkan intelektual saja, tetapi mencakup seluruh potensi yang dimiliki anak didik.

Selama proses pembelajaran, peserta didik hendaknya dilibatkan dan diarahkan agar mereka mampu memahami secara lebih mendalam apa yang mereka pelajari dan tujuan apa yang hendak dicapai sehingga pengetahuan yang mereka miliki lebih bermakna.

3.        Faktor-faktor yang Mempengaruhi Aktivitas Belajar Peserta Didik

Menurut Muhibbin Syah (2010:129), faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas belajar  peserta didik dapat dibedakan menjadi tiga macam, yakni:

a.         Faktor internal (dari dalam siswa), meliputi dua aspek yakni: 1) aspek fisiologis (yang bersifat jasmaniah); 2) aspek psikologis (yang bersifat rohaniah)

1)        Aspek fisiologis

Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat memengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran.

Kondisi organ-organ khusus siswa seperti tingkat kesehatan indera pendengaran dan indera penglihatan juga sangat memengaruhi kemampuan siswa dalam menyerap informasi dan pengetahuan, khususnya yang disajikan di kelas.

 

 

 

2)             Aspek psikologis

a)        Tingkat kecerdasan/intelegensi siswa

Intelegensi pada umumnya dapat diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat (Reber dalam Muhibbin Syah, 2010:131).  Tingkat kecerdasan atau intelegensi (IQ) siswa tak dapat diragukan lagi sangat menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa.

b)        Sikap siswa

Muhibbin Syah (2010:132) mengatakan bahwa sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespon dengan cara yang relatif tetap terhadap objek orang, barang dan sebagainya baik secara positif maupun negatif. Sikap siswa yang positif merupakan pertanda awal yang baik bagi proses belajar siswa tersebut. Sebaliknya apabila siswa bersikap negatif, maka dapat menimbulkan kesulitan belajar siswa tersebut.

c)        Bakat siswa

Secara umum, bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang (Reber dalam Muhibbin Syah, 2010:133). Dalam perkembangan selanjutnya, bakat kemudian diartikan sebagai kemampuan individu untuk melakukan tugas tertentu tanpa banyak bergantung pada upaya pendidikan dan pelatihan.

 

 

d)        Minat siswa

Secara sederhana, minat berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu.

e)        Motivasi siswa

Pengertian dasar motivasi ialah keadaan internal organisme baik manusia ataupun hewan yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Dalam pengertian ini, motivasi berarti pemasok daya  untuk bertingkah laku secara terarah.

Motivasi ini terbagi menjadi dua macam, yaitu: a) motivasi intrinsik, contohnya perasaan menyenangi materi bagi siswa tersebut; dan b) motivasi ekstrinsik, contohnya ialah pujian dan hadiah.

1.         Faktor eksternal (dari luar siswa), yakni a) faktor lingkungan sosial dan b) faktor lingkungan nonsosial;

1)        Faktor lingkungan sosial. Yang termasuk dalam lingkungan sosial ini ialah keluarga, guru dan staf, masyarakat serta teman-teman siswa tersebut.

2)        Faktor lingkungan nonsosial. Faktor-faktor yang termasuk lingkungan nonsosial ialah gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal siswa dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan siswa.

2.         Faktor pendekatan belajar (approach to learning) yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan mempelajari materi-materi pelajaran. Menurut hasil penelitian Biggs dalam Muhibbin Syah (2010:126), pendekatan belajar siswa dapat dikelompokkan ke dalam tiga prototipe (bentuk dasar), yakni:

a)        Pendekatan surface (permukaan/bersifat lahiriah)

Siswa yang menggunakan pendekatan surface, mau belajar karena dorongan dari luar (ekstrinsik) antara lain takut tidak lulus yang mengakibatkan dia malu.

b)        Pendekatan deep (mendalam)

Siswa yang menggunakan pendekatan deep, biasanya mempelajari materi karena memang dia tertarik dan merasa membutuhkannya (intrinsik).

c)        Pendekatan achieving (pencapaian prestasi tinggi)

Siswa yang menggunakan pendekatan achieving, pada umumnya dilandasi oleh motif ekstrinsik yang berciri khusus yang disebut ego-enhancement, yaitu ambisi pribadi yang besar dalam meningkatkan prestasi keakuan dirinya dengan cara meraih indeks prestasi setinggi-tingginya.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Tabel 2.1

Faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas peserta didik

Ragam Faktor dan Elemennya

Internal Siswa

Eksternal Siswa

Pendekatan Belajar menurut Biggs

1.        Aspek Fisiologis:

a.   Tonus jasmani

b.  Mata dan telinga

2.        Aspek Psikologis:

a.   Intelegensi

b.  Sikap

c.   Minat

d.  Bakat

e.   Motivasi

1.        Lingkungan sosial:

a.         Keluarga

b.        Guru dan staf

c.         Masyarakat

d.        Teman

2.        Lingkungan nonsosial:

a.         Rumah

b.        Sekolah

c.         Peralatan

d.        Alam

1.        Pendekatan tinggi (Achieving)

2.        Pendekatan sedang (Deep)

3.        Pendekatan rendah (Surface)

Comments

Populer

Cara Menyusun Rumusan Indikator Dan Tujuan Pembelajaran

Pengertian, Prinsip-Prinsip Pengembangan Kurikulum

Pengertian, Prinsip-prinsip dan Manfaat Metodologi Pembelajaran PAI